Khutbah Jum’at “Teladan Orang Tua Keren”

 

Oleh : Mochamad Lutfi Andriansa, S.Pd.I

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، رَفِيْعُ الدَّرَجَاتِ، وَهُوَ الَّذِيْ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُوْ عَنِ السَّيِّئَاتِ، رَافِعُ السَّمَاوَاتِ، وَمُنَزِّلُ اْلآيَاتِ، اِلـهُنَا وَخَالِقُنَا وَرَازِقُنَا وَلَيْسَ لَنَا رَبٌّ سِوَاكَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.  أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّابَعْدُ؛

Ayyuhal hadirun jama’ah sidang jum’ah rahimakumullah

Marilah kita haturkan hamdan lillaahi robbil’aalamiin atas segala karunia, anugerah hidayah serta inayaah-Nya menuntun langkah kaki ini menuju tempat suci nan mulia di masjid Al Husna,  senantiasa demi meraih ridho Ilahi Rabbi jalla wa ‘ala. Nikmat sempat nikmat sehat tak lupa selalu terpatri dalam sanubari, dibantu kaki dan tangan untuk menggerakkan dalam amal kebajikan, tiap saat-tiap kesempatan yang tidak semua orang mampu melakukan terlebih dalam kondisi pandemi covid-19 yang kabarnya oksigen sedang langka di berbagai rumah sakit padahal oksigen di sekitar kita sudah Allah SWT sediakan dengan gratis, fa bi ayyi ala i robbikuma tukadziban! nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan!.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan selalu kehadirat Baginda Rasulullah SAW suri tauladan bagi seluruh lapisan umat, pembawa risalah kebenaran rahmatan lil’alamiin. Nikmat iman juga nikmat Islam yang kita rasakan hingga sekarang atas pengorbanan dan perjuangan beliau dan para sahabat-sahabatnya mudah-mudahan senantiasa istiqomah hingga akhir hayat bi qouli laa ilaaha illa Allah.

                Berdirinya kami sebagai khotib di hari mulia jumat ini mewasiatkan bagi diri pribadi khotib dan umumnya bagi seluruh jama’ah sidang jum’ah agar senantiasa meningkatkan ketaqwaannya dengan sebenar-benarnya taqwa tanpa adanya tendensi apapun inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillaahi robbil ‘aalamiin.

Ma’asyirol muslimin rahimakuullah

Tepat hari ini kita berada di penghujung bulan Dzulhijjah, boleh saja ritual ibadah haji dan kurban telah berlalu, namun ada nilai-nilai esensialnya yang perlu kita petik hikmahnya dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Salah satu diantaranya adalah bagaimana menjadi sosok orang tua yang keren dari teladan yang diberikan oleh Nabiyullah Ibrahim alaihis salam sebagai sosok ayah yang selalu diidolakan bagi putranya Nabiyullah Ismail alaihissalam.  Tentang sebuah ketaatan hanya kepada Allah SWT sajalah tempat bergantung, rasa syukur atas kehadiran seorang anak akan memberi dampak besar dalam perkembangan kepribadiannya juga pengorbanannya kepada sang buah hati berpuluh-puluh tahun menantai lamanya hanya demi meraih ridho Allah SWT, ketauhidan yag ditanamkan kepada keluarganya tak lain berbuah hasil menjadi keluarga pilihan Allah SWT yang dijadikan suri teladan bagi umat lainnya. Perjuangan Nabi Ibrahim alaihi salam menjadi ayah yang dihormati anak keturunannya wajib dipanuti. Keteladanan dalam membangun keluarga yang baik (khair al-usra), hingga namanya disandingkan dengan Nabi Shallahu Alaihis Salam dalam shalawat. Allah SWT pun memuji keluarganya sebagaimana Keluarga Imran yang dihormati. Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing),

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ ﴿آل‌عمران: ٣٣﴾

Ma’asyirol muslimin rahimakuullah

Awal mula tumbuhnya generasi baru adalah dalam asuhan para wanita, yang ini semua menunjukkan mulianya tugas kaum wanita dalam (upaya) memperbaiki masyarakat. Makna inilah yang diungkapkan seorang penyair dalam bait syairnya:

الأم مدرسة الأولى إذا أعددتَها # أعددتَ شَعْباً طَيِّبَ الأعْرَاق

Ibu adalah sebuah madrasah pertama (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya,

Berarti kamu menyiapkan (lahirnya generasi) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya.

                Kalaulah seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak maka siapakah kepala madrasahnya. Tak lain lagi adalah sosok ayah. Fenomena yang terjadi sekarang karena tuntutan zaman kini, pada era milenial yang penuh dengan ragam problematika, eksistensi seorang ayah pun dipertanyakan. Adakah kita sebagai ayah masih menjadi idola bagi anak- anak? Dr. Bunyanul Arifin dalam buku Menjadi Muslim Super Dad mengungkap hasil penelitian tahun 2016 di 5 MAN Jakarta Barat. Temuannya sangat mencengangkan, yakni sebanyak 45 persen anak tidak mengidolakan ayahnya, 35 persen anak mengidolakan, dan 20 persen menilai kadang tak layak dijadikan idola atau panutan. Tentu saja hal ini menjadi peringatan bagi kita agar setiap orang tua (ayah) menguatkan perannya sebagai pemimpin keluarga (QS. 66 at_tahrim:6).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ [٦٦:٦]

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Marilah kita bertafakkur sejenak dari pelajaran seorang ayah pilihan Allah SWT yang mana ia bukanlah termasuk dari golongan anbiya wal mursalin namun namanya diabadikan sebagai nama salah satu kitab suci Alquran alkarim. Ialah Luqman, merupakan seorang sholeh yang sangat bijak, menurut para mufassir mayoritas ulama mengatakan bahwa Luqman hidup pada masa Nabi Daud a.s. sebelum beliau diutus untuk menjadi Nabi, ada pula yang mengatakan bahwa dia adalah anak saudara perempuan Nabi Ayyub a.s. Zamakhsyari dan Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Luqman termasuk keturunan Bani Israil dan salah seorang cucu Azar, Ayah Nabi Ibrahim a.s. Ia seorang hamba Allah yang telah dianugerahi hikmah, mempunyai akidah yang benar, memahami dasar-dasar agama Allah, dan mengetahui akhlak yang mulia.

Sebagai tanda bahwa Luqman itu seorang hamba Allah yang selalu taat kepada-Nya, merasakan kebesaran dan kekuasan-Nya di alam semesta ini adalah sikapnya yang selalu bersyukur kepada Allah. Ia merasa dirinya sangat tergantung kepada nikmat Allah itu dan merasa dia telah mendapat hikmah dari-Nya.

Menurut riwayat dari Ibnu Umar bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Luqman bukanlah seorang nabi, tetapi ia adalah seorang hamba yang banyak melakukan tafakkur, ia mencintai Allah, maka Allah mencintainya pula.” Sufyan bin Uyainah berkata, “Siapa yang melakukan sholat lima waktu berarti ia bersyukur kepada Allah dan orang yang berdoa untuk kedua orang tuanya setiap usai sholat, ia telah bersyukur kepada keduanya.” Bisa dibilang bahwa orang-orang yang mengingkari nikmat Allah dan tidak bersyukur kepada-Nya berarti ia telah berbuat aniaya pada dirinya sendiri, karena Allah tidak akan memberinya pahala bahkan menyiksanya dengan siksaan yang pedih. Allah sendiri tidak memerlukan syukur hamba-Nya karena syukur hamba-Nya itu tidak akan memberikan keuntungan kepada-Nya sedikitpun dan tidak pula akan menambah kemuliaan-Nya. Dia lah Maha Kuasa lagi Maha Terpuji. Penekanan pada Alquran Surat Luqman ayat 12 ini, Allah menerangkan bahwa orang yang bersyukur kepada-Nya, berarti ia bersyukur untuk kepentingan dirinya sendiri. Sebab, Allah akan menganugerahkan kepadanya pahala yang banyak karena syukurnya itu. Wahai ayah-bunda sudahkah kita bersyukur akan keberadaan sang buah hati kita masing-masing apapun jenis kelaminnya, apapun bentuk fisik dan perangainya, syukurilah apa yang ada!.

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ [٣١:١٢]

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Mensyukuri apa yang ada di dalam rumah tangga inilah merupakan pendidikan ke-teladan-nan orang tua dengan sebutan gelar ayah dan ibu yang senantiasa ditunjukkan melalui ucapan, perbuatan kepada sang buah hati, mulai dari hal yang kecil, sederhana, mulai dari diri orang tua sendiri tanpa harus membanding-bandingkan capaian yang diraih anak-anaknya tetangga kanan kiri, ananda dari walimurid kelas ini dan itu. Sekali lagi, ayah-bunda pandangilah wajah ananda ketika ia telah terlelap tidur, seharian mungkin ia telah berbuat onar di rumah, di sekolah karena kepolosannya ananda, bagaimanapun ananda demikian, ia adalah fotokopi rapot kalian berdua. Maka syukurilah, ucapkanlah alhamdulillahi robbil ‘alamin ‘ala kulli haal.

Tahapan berikutnya yang tak kalah penting untuk menjadi orang tua keren, ialah pola pendidikan di dalam rumah tangga tersebut, keseimbangan pembagian peran antara ayah dan bunda sangat mempengaruhi perkembangan anak sebagai laki-laki atau perempuan sesuai fitrahnya masing-masing. Mendidik anak bukanlah hal yang mudah. Apalagi zaman terus berkembang dan berubah. Orangtua tentu harus banyak belajar dan mengikuti perkembangan zaman agar sesuai dengan perkembangan anak.

Sayyiduna Ali bin Abi Thalib juga pernah berpesan mengenai hal pendidikan anak. Menurutnya, setiap anak harus diajari sesuai zamannya. “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. Selain itu, sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW ini juga memiliki rumus dalam mendidik anak. Ali bin Abi Thalib membagi tiga tahapan dalam mendidik anak, agar metode pengajaran yang digunakan orang tua sesuai dengan perkembangan dan porsinya, tiga tahap tersebut yakni:

 

1. Tahap pertama umur 0-7 tahun, perlakukan anak bagaikan sang raja.

Pada tahap ini anak baru bisa belajar dengan melihat sikap orang tuanya baik melalui ucapan, tingkah laku perbuatan keduanya. Jika orang tua memberikan kasih sayang dan memperlakukannya dengan lembut maka kelak mereka akan tumbuh menjadi orang yang lemah lembut dan penyayang juga. Cara terbaik untuk mendidik anak pada tahap ini menurut Ali bin Abi Thalib adalah dengan melayaninya dengan sepenuh hati dan tulus. Dengan kata lain kepekaan emosional orang tua di tahapan ini benar-benar teruji oleh sang buah hati, pasalnya bayangkan saja di umur 0 tahun ia hanya bisa menangis, senyum ketawa sebagai ekspresi bahwa hak-haknya telah terpenuhi atau belum, dan ini tak mudah untuk dilakukan apalagi tuntutan zaman sekarang yang mana aktor utama ayah-bunda saling bahu membahu mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup berumah tangga. Maka apapun konsekuensinya yang akan dihadapi, perlu manajemen waktu ayah-bunda yang baik dan benar dalam berbagi peran, berbagi kesempatan.

Karena banyak hal kecil yang kita lakukan setiap hari akan berdampak sangat baik bagi perkembangan perilaku anak. Oleh karena itu, pada tahap ini orang tua dianjurkan untuk memperlakukan anak seperti raja. Di sisi lain orang tua juga harus bisa tidak memanjakan anak dan tetap tegas pada hal-hal tertentu.

Peran seorang ibu dalam dunia pendidikan sangatlah penting baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya, terutama bagi anak-anaknya yang masih tergolong dalam anak usia dini. Karena di usia dini inilah yang paling kritis dalam bentuk karakter dan kepribadian anak. Seorang ibu memiliki peranan yang sangat penting dan tidak bisa dianggap ringan. Beberapa teori mengungkapkan adanya masa pendidikan Prenatal sehingga memperkuat istilah pendidikan Minal mahdi ilal lahdi. Sehingga pribadi seorang ibu sebagai madrasah pertama bagi anak sangat menentukan kualitas pendidikan anak yang dikandungnya.

Ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya, dimana anak mendapatkan asuhan, curahan kasih sayang dan kelembutan dari seorang ibu dan hal itu sangat pokok dan utama diperlukan bagi anak usia dini dalam kelanjutan dan perkembangannya, untuk itu materi dan metode yang diberikan oleh seorang ibu dalam mendidik anaknya pada masa usia dini adalah dengan penanaman keimanan dan akhlak.

Pada tahap inilah seyogyanya berbagi peran ke-ayah-an dan ke-ibu-an masing-masing berusaha memahami akan gaya belajar sang buah hati, apakah tergolong gaya belajar audio, visual atukah kinestetik. Maka tidak heran bagi ayah-bunda yang sudah memahami karakter ananda sedini mungkin, di saat ia sudah masuk ke tahapan belajar di usia 7 tahun dengan kata lain masuk sekolah dasar, kemampuan ananda sudah mencapai di atas rata-rata sesuai perkembangan afektif, kognitif maupun psikomotoriknya yang terus di asah oleh ayah-bunda, antara keseimbangan bermain sambil belajar yang menyenangkan dan menarik dalam masa tumbuh kembang kecerdasan emosionalnya.

2. Tahap kedua umur 8-14 tahun, perlakukan anak bagaikan seorang tawanan.

Pada tahap ini, anak sudah saatnya untuk memahami hak dan kewajibannya, baik mengenai akidah, hukum, dan sesuatu yang dilarang dan diperbolehkan. Seperti medirikan sholat lima waktu, berpuasa ramadhan, membayarkan zakat, bersedekah, menjaga pergaulan dengan lawan jenis dan lain sebagainya. Pada tahap ini, orang tua sudah harus memulai untuk menerapkan sikap disiplin pada anak. Hal ini dianggap penting karena anak sudah mulai memahami dan mengerti tanggung jawab dan konsekuensi yang akan mereka dapatkan ketika melakukan sesuatu.

Pendekatan persuasif ayah-bunda kepada ananda sangatlah penting dalam tahap ini, selalu mengajaknya bermusyawarah tentang beberapa disiplin yang diterapkan di lingkungan rumah, berteman, pembagian waktu bermain dan belajarnya, sadar akan ibadah, sebab dengan ia memahami apa yang ia kerjakan itu benar atau salah, melaksanakan dengan suka rela atau khilaf melakukan kesalahan, maka selaku pengadil/wasit ayah-bunda dalam hal tingkah laku ananda tersebut wajib memberikan pengertian sehingga ia memahaminya tanpa ada intimidasi bahwa menganggap anak bagaikan orang dewasa yang sudah paham benar antara yang haq atau yang bathil, padahal mereka masih butuh arahan bimbingan, pengawalan dan evaluasi. Sabar, sabar dan sabar unlimited ayah-bunda dalam tahapan proses ini ya….!

3. Tahap ketiga umur 15-21 tahun, perlakukan anak bagaikan seorang sahabat.

Pada tahap ini anak secara umum sudah memasuki aqil baligh. Orang tua harus mampu memposisikan diri sebagai sahabat juga teladan yang baik secara bersamaan. Selain itu orang tua juga harus membangun kesadaran anak bahwa mereka sudah memasuki usia aqil baligh. Pada masa ini, selain mengalami perubahan fisik, anak juga mengalami perubahan mental, spiritual, sosial budaya dan lingkungan yang memungkinkan timbulnya masalah yang harus mereka hadapi.

Orang tua harus mampu memposisikan diri sebagai sahabat agar anak mau terbuka dan bercerita mengenai apa yang sedang mereka hadapi untuk kemudian mencari solusi bersama. Selain itu, orang tua juga bertugas untuk mengawasi anak tanpa disertai sikap yang otoriter agar anak tidak merasa terkekang. Dengan begitu anak akan merasa disayangi, dihargai, dicintai dan akan tumbuh rasa percaya diri dan menjadi pribadi yang kuat sehingga mereka senantiasa mampu melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.

Selanjutnya, orang tua sudah harus mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat kepada anak, hal ini penting agar kelak anak akan menjadi pribadi yang cekatan, bertanggung jawab, mandiri dan dapat diandalkan. Hal yang penting lainnya adalah membekali anak dengan keahlian yang akan mereka butuhkan kelak ketika mereka sudah terjun ke masyarakat.

Karena berbagai macam hal kondisi orang tua, terkadang untuk memahamkan hidup bermasyarakat berani susah payah, berani berkorban, berani tega, berani sukses perlu dalam tahapan pendidikan ini, sebagian pakar parenting ada yang berpendapat agar studinya dilanjutkan di sistem pondok pesantren. Ada pula yang tetap mempercayakan pendidikan formal melalui sekolah pada umumnya, ya boleh sah-sah saja, namun yang perlu dicatat wahai ayah-bunda yang keren, untuk menjadikan anak beken/masyhur di skilnya, masyhur akhlaqnya, masyhur tutur katanya. Maka perlu lingkungan yang kondusif, efektif dalam bimbingan, pengarahan, pengawalan, penugasan dan evaluasi dilakukan dengan sistem yang baik yang terpercaya sesuai minat bakat ananda. Ayah-bunda hanya memotivasinya saja apa yang menjadi keinginan sang buah hati demi mewujudkan cita-citanya kelak. Tak lupa lantunan doa dan tirakat sebagai orang tua yang selalu mengiringi langkah sang buah hati dalam menempuh jalur pendidikan tersebut.

Siapa sih ayah-bunda yang tidak bersyukur dan bangga atas anugerah-Nya jalla wa ‘ala, jika dalam proses tahapan pendidikan ananda  yang dimulai sejak dini dalam rumah tangga ini berbuah hasil menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, kepada agamanya, kepada bangsa dan negaranya, berprestasi baik akademik maupun akhlaqnya. Semoga tulisan yang singkat ini menginspirasi kita semua untuk selalu berusaha menjadi orang tua yang keren sesuai suri teladan baginda Nabi Muhammad saw untuk menyiapkan generasi rabbani berkarakter baja, berakhlaqul karimah.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH KEDUA

الحمد لله الذي أرسل رسول بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره الكافرون. أشهد أن لا إله إلاّ الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللّهمّ صلِّ وسلّم على محمدٍ وعلى آله وأصحابِه ومَن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين. فيا أيها المؤمنون اتقو االله فى جميع الحالات وقال عز وجل: إن الله وملائكتَه يصلّون على النبى يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما.

اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى آل محمد وسلّم ورضي الله تعالى عن كل صحابة رسول الله أجمعين والحمد الله رب العا لمين. اللهم اغفرللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات، إنك أنت سميع قريب مجيب الدعوات ياقاضي الحاجة. اللهم أعنّا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك، اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مَوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِناَّ كُنَّا مِنَ الظَّالِمِيْنَ. اللّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِ كَلِّهَا، وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمِةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ..

اللهم أفرغ علينا صبرا وثبت أقدامنا وانصرنا على القوم الكافرين. اللهم اجعل هذا بلدا آمنا و ارزق أهله من  الثمرات من آمن منهم بالله و اليوم الآخر. اللهم أدخلنا مدخلَ صدقٍ و أخرِجنا مخرجَ صدقٍ و اجعل لنا مِنْ لَدُنك سُلطانا نصيرا. ربّنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار والحمدلله رب العالمين.

عباد الله! إن الله يأمر بالعدل الإحسان و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفحشاء و المنكر و البغى يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكُرْكم و اشكُرُوهُ على نِعَمه يزِدْكم و الله أكبر و الله يعلم ما تصنعون. أقم الصلاة…..!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *