PENGAJIAN TRIWULAN VIRTUAL 2: MEWUJUDKAN KEMBALI KEJAYAAN PENDIDIKAN ISLAM

Yayasan Pendidikan dan Sosial (YPS) El-Haq kembali mengadakan Pengajian Triwulan secara virtual pada hari Sabtu (5/12/2020). Pengajian yang juga dijadikan sebagai ajang silaturrahim dengan wali murid tersebut diadakan melalui Zoom dan disiarkan secara langsung di kanal You Tube YPS El-Haq.

Sebelum pengajian dimulai, acara diawali dengan sambutan dari Kepala SDIT El-Haq, Ustadz Lutfi Andriansa, S.Pd.I. Beliau menyampaikan tentang sosialisasi penerapan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yakni baik guru dan siswa dalam persiapan pembelajaran tatap muka di bulan Januari tahun 2021.

“Pada pertemuan tiga pekan yang lalu, kami menghadiri webbinar yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten Sdoarjo, Departemen Agama, dan Pakar Dokter Kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit Daerah. Perlu kami sampaikan kabar gembira pada bulan Januari atau diawal tahun 2021 pembelajaran tatap muka akan dimulai. Sehingga perlu bersinergi dengan ayah dan bunda dalam mempersiapkan secara keseluruhan, dimulai dari maksimal 4 jam pembelajaran, jumlah kehadiran siswa dibatasi dan juga memperhatikan protokol kesehatan baik ketika di rumah maupun selama di sekolah,”ucap beliau.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari ketua YPS El-Haq, yaitu Al-Ustadz H. Ainur Rofiq, Lc. Dalam sambutannya beliau memaparkan rencana pengembangan lembaga salah satunya yaitu pendirian Pondok Modern El-Haq.

“Yang pertama, alhamdulillah seluruh kegiatan di lembaga berjalan dengan baik, dimulai ujian semester dan guru-guru juga mengoreksi hasil ujian anak-anak, kemudian kajian rutin di pagi hari dan harapannya ketika pembelajaran tatap muka dimulai semuanya dapat berjalan dengan lancar. Kemudian yang kedua tahun ajaran 2021/2020, kita sudah mulai membuka Pondok Modern El-Haq. Keistimewaannya menggunakan Kurikulum pondok Gontor dan diintegrassikan dengan program Tahfidzul Qur’an 30 juz,” terang beliau.

Setelah sambutan selesai, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi dari narasumber Ust. Asep Sobari, Lc. Beliau merupakan Direktur Eksekutif dan Founder Siroh Community Indonesia (SCI) dan pengurus di Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI). Dalam kesempatan tersebut, beliau menyampaikan materi dengan tema Mewujudkan Kembali Kejayaan Pendidikan Islam.

“Pendidikan Islam adalah sejarah umat Islam yang tidak lepas dari banyak faktor, di antaranya ada fase kemajuan dan juga ada fase kemunduran yang mengalami fase pasang surut. Hal ini sudah bagian dari aktifitas manusia, artinya tidak bisa berharap semua peradaban pendidikan selalu gemilang,” terang beliau.

Ustadz yang merupakan alumni Universitas Islam Madinah tersebut juga menambahkan bahwa Sejarah Peradaban Islam memiliki kontribusi yang besar dan jangka waktunya juga panjang.

“Perubahan atau pergeseran peradaban juga dipengaruhi pemerintah dengan para Ulama’. Adanya kepentingan politk dalam pemerintahan berseberangan dengan para ulama sehingga terjadi pergesekan di antara keduanya. Dalam sejarah Islam mencatat, banyak khalifah-khalifah besar yang memiliki pengaruh besar terhadap peradaban Islam khususnya dalam pendidikan. Seperti kisah khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memiliki kapasitas besar dan hebat dalam pemerintahan. Beliau juga dekat dengan ulama’, sehingga peradaban selalu berada dipuncak. Dan peradaban yang dimiliki oleh umat Islam memiliki kontribusi yang besar dan berlangsung lama,” imbuh beliau.

Selain itu, Ust. Asep Sobari juga menyampaikan bahwa mewujudkan kembali kejayaan Islam dimulai dengan hubungan kuat antara orang tua dengan guru atau lembaga sekolah.

“Orang tua yang selalu mengikuti perkembangan anak, dengan selalu komunikasi yang konstruktif. Kepada orang tua yang di rumah, kemudian guru atau lembaga sekolahnya juga menjalin hubungan yang kuat secara keseluruhan. Tugas seorang guru di sekolah mendidik dan mengawasi anak-anak. Bukan berarti sebagai orang tua yang sudah melaksanakan kewajibannya memenuhi administrasi sekolah, kemudian pasrah terhadap sekolah. Tentunya, baik orang tua siswa dan guru saling menguatkan dalam membentuk kepribadian anak.

Sebagai penutup, tidak ada batasan dalam mencari ilmu, karena kewajiban menuntut ilmu dimulai sejak dini hingga akhir hayat. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang mencintai ilmu dan berperan dalam proses membangun Peradaban Islam yang dimulai dari ilmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *